Breaking News
recent

Gubernur Kalbar : Pilkada Singkawang Tidak Ada Hubungan Palu Arit

sumber Suarapemred
Gubernur Kalimantan Barat Cornelis dan Kepala Polisi Daerah Kalimantan Barat Brigjen Musyafak menegaskan, gambar palu dan arit beredar di Kota Singkawang tidak berhubungan dengan dimulainya tahapan pelaksanaan Pilkada Serentak 15 Februari 2017.   
“Gambar palu dan arit yang beredar di Singkawang, sama sekali tidak ada hubungan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI),” kata Cornelis di Pontianak, Minggu (10/7).   

Menurut Cornelis, gambar palu dan arit menjadi ribut, semata-mata lantaran Singkawang masuk jadual Pilkada Serentak 15 Februari 2017 menyusul tahapannya yang dimulai sejak medio 2016.     Cornelis menambahkan mengatakan, gambar palu dan arit, hanya ucapan dari negara yang bersangkutan saja. 

"Setiap negara itu kan punya lambang sendiri-sendiri. Ya,  kalau memang dari sana mengucapkan selamat atau apa, saya kira itu tidak masalah. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan salah satu calon peserta Pilkada  2017 dari Kota Singkawang," katanya.     

Senada itu, Brigjen Musyafar menyatakan, peredaran gambar palu dan arit tidak ada persoalan apapun. Sebab, gambar itu terbukti bukan produk cetakan di wilayah hukum Republik Indonesia.   

“Tidak masalah. Namun karena di sana ada gambar yang menjadi kontroversial,  makanya Polri juga menyita kalender itu. Kemudian kita juga melakukan pemeriksaan kepada pemilik itu dari mana. Hanya terbukti berasal dari luar negeri, tidak masalah," jelas Musyafak.   


Wakil Gubernur Kalbar Christiandy Sanjaya mengatakan, kalender bergambar palut dan arit merupakan organisasi pada saat Imlek berlangsung.   "Kalau 1 Juli itu,  sesuai dengan yang dilaporkan ke kita, adalah kembalinya Hongkong ke Republik Rakyat Tiongkok, sehingga itu yang mungkin mereka beri tanda khusus. Kalau di sana kan tidak ada masalah palu dan arit, kalau dalam konteks itu PKI,  saya pikir sangat jauh," jelas Christiandy.   

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Singkawang Tjhai Chui Mie menjelaskan,  kalender penanggalan khas Tiongkok (Mandarin) yang digunakan tersebut diimpor dari negara luar.   Menurutnya, kalender tersebut memuat informasi yang cukup lengkap dengan menggunakan bahasa mandarin tentang penanggalan imlek.   

Tjhai Cui Mie menambahkan, yang suka menggunakan kalender jenis ini adalah kalangan orang tua. Sebab, mereka biasanya melihat kalender tersebut untuk menentukan hari baik bulan baik, peruntungan, shio, dan sebagainya yang masih melekat dalam tradisi Tionghoa. 

"Gambar palu dan arit ada di dalam kalender tahun 2015, ujarnya.   

Negara lain seperti Tiongkok maupun Hongkong, tambahnya, memiliki hari perayaan penyerahan Hongkong dari Inggris. Kalender tersebut dibuat di Tiongkok,  dan beredar di sejumlah negara lainnya.   

Chui Mie mengaku tidak sempat mengecek satu per satu setiap lembar kalender tersebut karena masih disegel saat dibeli.   “Kembali lagi asal dari kalender ini di produksi di mana. Kalau yang ada gambar palu arit ini sebetulnya untuk negara Republik Rakyat Tiongkok,” ujar polisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu.    

Soal logo yang terdapat dalam kalender, Tjhai Chui Mie meminta supaya disikapi secara bijak sehingga tidak menimbulkan keresahan.   “Jadi,  kalender itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan Indonesia. Negara ini sudah merdeka lebih dari 70 tahun, masih cerita PKI, sudah tidak logis lagi. Mana ada PKI lagi? Yang perlu dilakukan sekarang, bagaimana langkah konkret mengatasi kemiskinan,” ujarnya.   

Sementara itu, Ketua DPRD Singkawang Sujianto, meminta masyarakat melihat secara cerdas atas temuan kalender yang memuat lambang palu dan arit.   Sujianto berharap, kasus gambar palu dan arit yang terbukti bukan produk cetakan di dalam negeri, jangan sampai  menimbulkan gesekan di tengah masyarakat. 

Terlebih adanya indikasi sebagian masyarakat yang mulai ditakut-takuti dengan kabar dan kalender seperti ini.   "Kondisi keamanan Kota Singkawang yang sudah kondusif, jangan sampai dirusak oleh suatu masalah yang dicari-cari, hanya bermaksud mendiskreditkan salah satu calon peserta pemilukada awal tahun 2017. Isu ini tidak laku lagi kalau digunakan untuk kampanye hitam, karena masyarakat tidak mungkin bisa percaya,” ujar Sujianto.   

Sujianto menambahkan, kalender tersebutbukan hanya dibeli Thjai Tjui Mie, karena banyak warga  lain di Singkawang yang memilikinya.   Di Kota Singkawang saat ini, beberapa nama calon kepala daerah telah santer di kuping dan mata masyarakat. Sebut saja pasangan Andi Syarif-Nurmansyah (An-Nur) yang maju dari jalur independen.   Pasangan ini mendeklarasikan dirinya pada awal Maret 2016. Ada juga pasangan Lo Abidin-Erlan (AER), pasangan jalur independen yang juga telah mendeklarasikan diri pada awal Mei 2016.   

Kemudian Abdul Muthalib yang saat ini menjabat sebagai wakil Wali Kota Singkawang. Rencananya Abdul Muthalib baru akan mendeklarasikan pasangan dirinya pada 17 Agustus 2016.   Selain itu ada juga Thjai Chui Mie, anggota DPRD Kota Singkawang. juga akan ikut maju sebagai calon Wali Kota Singkawang periode 2017-2022. Tjhai Chui Mie diusung PDIP. 
Adapun kalangan pengusaha dan PNS yang berminat maju dalam Pilkada  Singkawang, antara lain Adhi Karsidi, Husein, Henoc Thomas, Andreas Chang, Rida Wahyudi, Awang Yudi, Malika, Sumberanto Tjitra, Moses Ahie, dan H Ruslan Hamid dan beberapa nama lainnya.   

Di kalangan masyarakat Singkawang khususnya masyarakat etnis Cina, setelah kasus ini mencuat, mereka segera menurunkan kalender yang sebelumnya terpasang di ruang tamu dan tempat-tempat usaha mereka.   Umumnya mereka tidak mau mengambil resiko dengan tetap memajang kelender-kelender tersebut, meskipun gambar palu arit pada tanggal 1 Juli yang ada di kalender, telah dikoyak.   

Pihak kepolisian juga sigap melakukan pengumpulan kalender yang ada di masyarakat. Total saat ini, polisi sudah mengumpulkan 203 kalender dari masyarakat.   Sebagian dari jumlah tersebut didapatkan dari masyarakat yang menyerahkan kalender secara sukarela ke polisi. 

Seluruh kalender bergambar palu arit dan terdapat aksara Tiongkok tersebut mereka dapatkan dari pembagian.   Sebagian di antara mereka juga mengaku mendapatkannya saat pembagian yang dilakukan di tempat-tempat ibadah pada akhir 2015. 


Kapolres Singkawang, Ajun Komisaris Besar Polisi Sandi Alfadien Mustofa saat dikonfirmasi mengakui, kasus kalender palu arit di Singkawang merupakan masalah serius untuk ditindaklanjuti dan sudah dilaporkan ke Kapolda Kalbar. 


Sementara itu,  beberapa calon Wali Kota Singkawang lainnya masih enggan mengomentari perihal beredarnya kelender palu arit. Sebut saja Andi Syarif, Moses Ahie, dan Abdul Muthalib.   

Ketiganya kompak untuk tidak memberikan tanggapan. "Nanti saja saya komentar, saya sedang di Pontianak, saya tidak bisa komentar," ujar Moses Ahie.   "Saya tidak bisa komentar untuk masalah itu, mungkin dengan calon yang lain saja" kata Andi Syarif.   

Abdul Muthalib beralasan,  jika dirinya mengomentari hal tersebut dikhawatirkan akan memberikan dampak negatif di kalangan maayarakat Singkawang.   

Lain halnya dengan Lo Abidin. Calon wali kota dari jalur independen ini mengatakan,  sebenarnya peredaran kelender palu arit di Singkawang murni karena ketidaksengajaan.   

"Itu kalender tahun 2015, tapi kenapa baru sekarang diributkan? Ada pihak tertentu yang sengaja meniupkan isu ini,” kata Abidin.   

Abidin mengaku sebagai bakal calon wali kota dirinya tidak mau ikut bermain di 'air keruh'. "Kita tidak mau bermain di air keruhlah, meskipun dia saingan kita," katanya.     

Sementara berdasarkan pantauan di lapangan, masyarakat Singkawang saat ini sudah tidak lagi tertarik membicarakan kelender palu arit yang sebelumnya memang sempat menghebohkan  tersebut. 

Menurut Chandra, warga Jalan Melati, Kecamatan Roban, isu palu arit sebelumnya memang sempat menjadi pembicaraan rekan-rekannya saat berkumpul di tempat kerja maupun di warung kopi.   "Awal-awalnya iya, sempat kaget. Tapi setelah dipikir-pikir, sepertinya jauhlah dari PKI, paling ini dekat pilkada, jadi isu-isu seperti ini dimainkan," kata Chandra. - See more at: 

http://www.suarapemredkalbar.com/berita/singkawang/2016/07/11/pilkada-singkawang-berbau-komunis#sthash.GkcHE01H.dpuf
Unknown

Unknown

No comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.